Sumber: rumah.com
Provinsi DKI Jakarta atau kita kenal sebagai Jakarta adalah kota metropolitan setingkat provinsi. Saat ini Jakarta merupakan ibu kota dan pusat pemerintah Republik Indonesia. Penduduk yang tinggal di Jakarta beragam latar belakang suku, dan agama. Tapi di Jakarta pula ada suku asli yang sudah mendiami wilayah tersebut sejak awal abad ke-15 lalu.
Siapa yang tak kenal dengan Suku Betawi? Suku tersebut merupakan percampuran, antara budaya Jawa, Melayu, Sunda, hingga kaum Mardijkers (keturunan Indo-Portugis) yang menduduki wilayah Pelabuhan Batavia sejak awal abad ke-15. Seiring dengan perkembangan zaman dan perjalanan kota Jakarta menjadi kota metropolitan, keberadaan suku Betawi kini menjadi terpinggirkan. Mereka kini tinggal di wilayah-wilayah penyangga Jakarata seperti Bekasi, Bogor, Depok dan Tangerang.
Kali ini kita akan membahas mengenai rumah adat suku Betawi, mulai dari struktur bangunannya hingga filosofi yang terdapat di dalam struktur bangunan tesebut.
Rumah adat Betawi memiliki nama resmi, yaitu rumah Kebaya. Rumah ini memiliki ciri khas, seperti serambi yang cukup luas dan berfungsi sebagai ruang tamu dan bale tempat bersantai pemilik rumah.
Teras rumah kebaya ini sangat terekspos dan hanya ditutupi oleh pagar yang memiliki tinggi sekitar 80 cm. Selain itu, terdapat ciri khusus yang menjadi ikon dari rumah kebaya ini, yakni pada bentuk atapnya yang mempunyai beberapa pasang atap. Jika dilihat dari samping berlipat-lipat seperti lipatan kebaya. Mungkin nama Rumah Kebaya diambil dari bentuk atapnya yang menyerupai kebaya. Selain Rumah Kebaya, ada beberpa jenis rumah adat Betawi.
1. Rumah Gudang
foto: berbol.co.id
Rumah Gudang ini memiliki ciri memanjang dari depan ke belakang. Bukan tanpa alasan, karena rumah ini memang berdiri di atas lahan yang berbentung persegi panjang. Desain atap dari Rumah Gudang tampak seperti pelana atau perisai kuda sehingga jika diperhatikan, atapnya berbentuk limas. Di bagian depan, rumah gudang memiliki atap penutup yang berfungsi sebagai aliran air ketika hujan.
2. Rumah Joglo
foto: nyero.id
Tak di Yogyakarta saja ternyata di Jakarta juga terdapat Rumah Joglo, yakni rumah tradisional masyarakat Betawi. Tak heran jika rumah ini dinamakan Rumah Joglo, karena bentuk bangunannya banyak dipengaruhi oleh arsitektur rumah Jawa. Meski demikan, terdapat perbedaan antara rumah joglo di Jawa dan Jakarta. Rumah Joglo khas Jawa memiliki ciri, yakni terdapat tiang-tiang penyanggah yang memiliki fungsi lain sebagai pengarah pada bagian ruang. Sedangkan pada joglo Betawi tidak terdapat tiang penyanggah, hanya terdapat tiang utama penopang struktur atap bukan unsur utama yang mengarahkan pembagian ruang pada denah.
3. Rumah Panggung
foto: arsitag.com
Sama seperti rumah tradisional masyarakat Melayu, Betawi juga memiliki Rumah Panggung. Rumah ini diperuntukan untuk mereka yang tinggal di daerah pesisir pantai. Material dari rumah tradisional ini hampir keseluruhannya terbuat dari kayu. Bukan tanpa alasan, material kayu dipilih dengan tujuan sebagai pengaman terhadap air pasang.
Secara umum, rumah adat Suku Betawi memiliki pendopo di bagian depannya. Bukan tanpa alasan, secara filosofis menunjukkan bahwa orang Betawi sangat terbuka pada tamu atau orang baru. Hal filosofis lain yang dapat dilihat dari rumah Betawi ini adalah pagar di sekeliling teras.
Pagar ini memiliki arti khusus, yakni orang Betawi membatasi diri dari hal-hal negatif, terutama dalam hal keagamaan. Budaya buruk akan mereka buang dan tinggalkan, sedangkan budaya yang baik akan mereka junjung tinggi dan ikuti.
Belum ada komentar
Temukan inspirasi untuk kebutuhan desain, konstruksi dan keluarga dari para master terpercaya.
Silahkan Login terlebih dahulu untuk Komen
Login disini